New York, (voa-islam.com) Lembaga pegiat hak asasi manusia, Amnesty International, mengecam pemerintahan negara-negara di dunia yang tidak melakukan intervensi dalam situasi darurat seperti di Suriah dengan alasan kedaulatan negara.
Dalam laporan tahunannya, Amnesty juga mengecam para pemimpin dunia karena lebih mementingkan kontrol imigrasi dibandingkan hak asasi.
Amnesty mengkritik PBB yang menurut mereka sebut sebagai ketidaktanggapan atau pembiaran terhadap pelanggaran hak-hak asasi manusia. Di mana di Suriah terjadi penyiksaan yang sangat luar biasa, dan terjadi kejahatan perang yang dijalankan oleh pemerintah Suriah dibawah Bashar al-Assad.
Menurut Amnesty Internsional sepanjang perang yang terjadi di Suriah telah terjadi penyiksaan secara brutal dan kejam serta sangat biadab, terutama yang dilakukan oleh pasukan rezim Bashar al-Assad.
"Selama dua tahun, militer dan pasukan keamanan Suriah melakukan serangan keji dan menangkap, menyiksa serta membunuh orang-orang yang mereka tuduh mendukung pemberontak," kata Sekjen Amnesty, Salil Shetty.
Kegagalan Dewan Keamanan PBB untuk bertindak ini akibat sikap Rusia dan Cina yang selalu menolak dilancarkan intervensi guna mengakhiri kekejian yang dilakukan Bashar al-Assad, sebagai penghormatan terhadap kedaulatan negara Suriah, tambahnya.
"Ide bahwa tidak ada negara atau komunitas internasional yang harus bertindak cepat untuk melindungi rakyat sipil ketika pemerintah dan pasukan keamanan sebuah negara menyerang rakyat mereka sendiri kecuali mereka mendapat imbalan, sungguh tidak bisa diterima," kata Shetty.
Sebuah tragedi kemanusiaan yang sangat luar biasa, di mana ribuan rakyat sipil dibantai oleh pasukan pemerintah, yang seharusnya melindungi rakyatnya. Namun, sampai hari ini tidak negara yang berani melangkah menghentikan kekejaman dan kekejian Bashar al-Assad
Sementara itu, jumlah korban yang tewas akibat perang di Suriah, jumlah sudah mencapai 350.000 ribu jiwa, dan jutaan lainnya yang menjadi pengungsi di Turki dan Jordan. af/hh