Thursday, 14 January 2016

Bukan hanya Madaya, sejumlah kota dan desa di Suriah ini juga dikepung rezim Asad


Kamis, 4 Rabiul Akhir 1437 H / 14 Januari 2016 19:15
-->
Bukan hanya Madaya, sejumlah kota dan desa di Suriah ini juga dikepung rezim Asad
.

SURIAH (Arrahmah.com) – Warga dari 13 kota dan desa-desa Suriah yang dikepung oleh rezim Asad dan sekutunya saat ini menghadapi bencana kelaparan, ungkap sumber-sumber lokal sebagaimana dilansir Anadolu Agency pada Rabu (13/1/2016).
Di antara kota-kota dan desa-desa yang menghadapi bencana kelaparan di Suriah itu ialah:

Jayrud, Rabayah
Jayrud dan Rabayah, keduanya terletak di Damaskus timur, menghadapi serangan yang sering diluncurkan oleh rezim Asad dan kelompok “Daulah Islamiyah”, atau Islamic State(IS) yang sebelumnya dikenal sebagai ISIS. Kedua kota itu terus berada di bawah blokade rezim sejak April 2013.
Abu Kamal, seorang komandan oposisi lokal, mengatakan kepada Anadolu Agency bahwa 85 persen kematian yang terjadi baru-baru ini di kota itu disebabkan oleh serangan yang dilakukan pasukan rezim Nushairiyah atau oleh “Daulah”.
Kota Al-Dumayr, terletak sekitar 40 kilometer di timur laut Damaskus, juga masih berada di bawah blokade yang dilakukan rezim.
Ghouta Timur, Al-Tall
Wilayah Ghouta Timur hingga timur Damaskus, sementara itu, telah berada di bawah pengepungan rezim Nushairiyah sejak Desember 2012. Pengepungan tersebut telah menghambat pengiriman bantuan kemanusiaan dan hilangnya pasokan listrik dan air di wilayah itu.
Menurut sebuah komite koordinasi lokal di daerah Douma Ghouta Timur, sekitar 1.600 warga setempat baru-baru ini meninggal, dengan perkiraan 40 persen dari korban meninggal dalam serangan udara rezim dan sisanya meninggal akibat kekurangan gizi.
Rezim brutal Asad menyerang wilayah Ghouta Timur dengan gas sarin pada bulan Agustus tahun 2013, hingga menyebabkan terbunuhnya sekitar 1.300 penduduk setempat.
Kota Al-Tall, sementara itu, terletak di sebelah barat Ghouta Timur, juga masih berada di bawah pengepungan rezim sejak Juni 2015.
Kamp Yarmouk, Darayya, Muadamiyat Al-Sham, Kanaker
Kamp Yarmouk yang dihuni pengungsi Palestina telah diblokade oleh rezim sejak Desember 2012.
Banyak penduduk kamp, yang dikepung oleh “Daulah” dari selatan, baru-baru ini pindah ke provinsi Hatay Turki atau ke provinsi-provinsi Suriah seperti Hama, Idlib dan Aleppo.
Lebih dari 1.000 warga sipil telah terbunuh di kamp itu sejak konflik Suriah dimulai pada awal tahun 2011.
Darayya di pinggiran selatan Damaskus juga telah berada di bawah blokade rezim Nushairiyah sejak akhir 2012. Pada bulan Juli 2015, ketika pengepungan memasuki hari ke-1000, sekitar 2200 warga telah meninggal sebagai akibat dari pengepungan atau dari serangan yang dilakukan oleh rezim .
Sumber-sumber lokal mengatakan sekitar 1.000 bom barel – alat peledak improvisasi – telah dijatuhkan di wilayah tersebut oleh rezim Asad.
Di kota Muadamiyat Al-Sham di barat daya Damaskus, sementara itu, sekitar 40.000 warga sipil berada di bawah pengepungan total selama 15 hari terakhir.
Dengan tidak diizinkannya makanan memasuki kota, warga mengatakan jumlah kematian anak telah meroket karena tingginya angka kekurangan gizi.
Desa Kanaker, sementara itu, yang terletak sebelah barat daya Damaskus, telah terkepung sejak Maret 2015.
Al-Waer, Houla, Talbiseh, Al-Rastan
Al-Waer, sebuah distrik di pusat provinsi Homs Suriah, juga dilaporkan masih berada di bawah blokade rezim Asad.
Selama pengepungan Homs sejak 2011 hingga 2015, yang berakhir dengan diserahkannya daerah itu kepada rezim Asad, sekitar 150 orang meninggal karena kekurangan gizi dan kurangnya perawatan medis.
Menurut Pusat Koordinasi Homs, beberapa daerah Al-Waer masih dikepung.
Wilayah Houla, Talbiseh dan Al-Rastan di Homs utara, semuanya telah berada di bawah pengepungan selama tiga tahun terakhir.
Madaya
Duta Besar Spanyol untuk PBB Romawi Oyarzun Marchesi baru-baru ini mengutip Kepala urusan kemanusiaan PBB Stephen O’Brien mengatakan bahwa sekitar 400 orang di kota Madaya berada dalam situasi yang sangat kritis.
Minggu ini, sebuah konvoi bantuan kemanusiaan dilaporkan memasuki kota itu, membawa makanan dan obat-obatan untuk 42.000 warga Mdaya yang terancam mati kelaparan.
Bulan lalu, 23 orang, termasuk enam anak, meninggal karena kelaparan di kota itu, menurut sebuah laporan yang dikeluarkan oleh panitia kesehatan lokal Madaya.
“Krisis kemanusiaan di Madaya merupakan salah satu tanda dari kebrutalan rezim Asad,” tegas Duta Besar AS untuk PBB Samantha Power dalam sebuah pernyataan baru-baru ini. “Pemblokiran bantuan untuk warga sipil yang kelaparan adalah hal yang aneh, dan merupakan satu lagi alasan mengapa pendukung Asad harus mengakui bahwa ia telah kehilangan legitimasi.”
Konflik yang terjadi di Suriah, yang memasuki tahun keenam pada awal 2016, telah merenggut lebih dari 250.000 nyawa dan mengubah negara itu menjadi sumber pengungsi dan orang terlantar terbesar di dunia, menurut PBB.
Sejak konflik dimulai, hampir 8 juta orang telah mengungsi, sementara lebih dari 4 juta lainnya telah menyelamatkan diri ke negara-negara tetangga.
(banan/arrahmah.com)

Penduduk di Madaya, Syria menderita akibat kebuluran - MLLFS

Penduduk di Madaya, Syria menderita akibat kebuluran - MLLFS
Kebuluran di Madaya terus mendapat perhatian media - Foto MLLFS
KUALA LUMPUR: Penduduk Syria di Madaya didakwa menderita akibat kebuluran sejak tujuh bulan lalu.

Ketua Pegawai Eksekutif Malaysia Life Line for Syria (MLLFS), Syahrir Azfar Saleh dalam kenyataannya pada Khamis memberitahu, pihaknya kini mengikuti rapat perkembangan rakyat Syria di Madaya.

"Laporan yang kami dapat Madaya telah dikepung tentera Assad dan Hizbullah sejak tujuh bulan lepas yang menyebabkan segala bentuk makanan dan bantuan disekat. Mereka kini menderita akibat kebuluran.

"Dalam laporan sama kami diberitahu terdapat periuk api ditanam di sekitar kawasan tersebut bagi menghalang penduduk keluar menyelamatkan diri," katanya.

Selain itu, beberapa foto yang menunjukkan penderitaan rakyat Syria di Madaya terpaksa merebus daun sebagai bahan makanan untuk mereka.

Dengan kehadiran musim sejuk, derita yang dialami mereka semakin kritikal.

Tambah Syahrir, beliau menggesa masyarakat dan pemimpin dunia bangkit menyatakan bantahan terhadap tindakan tersebut.

"Tindakan yang menyebabkan kebuluran ini melanggar Peraturan ke-53 dalam Undang-Undang Kemanusiaan Antarabangsa yang menyebut dengan jelas penggunaan kaedah 'starvation' dalam peperangan adalah dilarang dan sekatan kepada penggunaan periuk api juga disebutkan dalam peraturan ke-81 undang-undang yang sama.
"MLLFS sedang mendapatkan beberapa maklumat lanjut daripada NGO yang berada di Lubnan mengenai usaha yang boleh digerakkan untuk membawa bantuan masuk ke Madaya, Syria melalui sempadan Lubnan-Syria," jelasnya.

Katanya lagi, mana-mana individu yang ingin menyalurkan bantuan misi kecemasan MLLFS pada musim sejuk pertengahan Januari boleh terus menghubungi mereka melalui laman Facebookwww.facebook.com/MLL4S/

http://www.astroawani.com/berita-dunia/penduduk-di-madaya-syria-menderita-akibat-kebuluran-mllfs-88565

Jumlah pelarian dunia kini mencecah 244 juta orang




AFP - SEBUAH keluarga daripada etnik Kurdish kelihatan berlindung di khemah pelarian di Gande-Synthe dekat Dunkirk, selatan Perancis kelmarin.


NEW YORK – Jumlah keseluruhan pelarian antarabangsa mence­cah 244 juta tahun lepas, meningkat sebanyak 41 peratus berbanding tahun 2000, kata Pertubuhan Bangsa-Bangsa Bersatu (PBB) dalam satu laporan kelmarin.
Laporan yang merupakan semakan terkini dua tahun sekali tentang trend migrasi mendapati jumlah orang yang berpindah ke negara lain secara sukarela atas sebab ekonomi atau konflik meningkat sebanyak 71 juta sejak tahun 2000.
Angka itu termasuk 20 juta pelarian seluruh dunia yang terpaksa berpindah akibat kon­flik, dengan kebanyakan mereka dari Syria, Afghanistan dan Somalia.
Kira-kira satu pertiga atau 76 juta imigran seluruh dunia tinggal di Eropah termasuk 12 juta di Jerman dan sembilan juta di Britain.
Amerika Syarikat pula mempunyai populasi imigran terbesar sebagai sebuah negara dengan 47 juta orang. Sementara itu, Rusia dan Arab Saudi ma­sing-masing mempu­nyai 12 juta dan 10 juta penduduk asing.
Timbalan Setiausaha Agung PBB, Jan Eliasson berkata, negara-negara di dunia perlu mewujudkan polisi migrasi yang memudahkan pergerakan selamat dan teratur merentasi sempadan selain menggesa sifat saling menghormati antara kumpulan imigran dan masyarakat tempatan.
Menurutnya, krisis pelarian di Eropah telah mewujudkan ketakutan dan kebencian dalam kalangan penduduk tempatan yang perlu diatasi dengan sumbangan positif oleh kumpulan imigran.
“Kami perlu memastikan bahawa kami berurusan dengan isu yang akan mengubah landskap antarabangsa,” kata Eliasson. – dpa


Artikel Penuh: http://www.kosmo.com.my/kosmo/content.asp?y=2016&dt=0114&pub=Kosmo&sec=Dunia&pg=du_05.htm#ixzz3xBtocNUo 
Hakcipta terpelihara 

Lebih ramai akan mati kebuluran


AFP - IMEJ yang dikeluarkan oleh Jawatankuasa Palang Merah Antarabangsa (ICRC) ini menunjukkan sebahagian konvoi bantuan kemanusian yang bersiap sedia masuk ke bandar Madaya di Syria kelmarin.


PERTUBUHAN BANGSA-­BANGSA BERSATU (PBB) – Pegawai bantuan tertinggi Pertubuhan Bangsa-Bangsa Bersatu (PBB) di Syria memberi amaran kelmarin bahawa lebih ramai akan mati melainkan tentera kerajaan dan pemberontak menarik balik pengepungan di beberapa bandar di negara itu.
“Keadaan ini perlu dihentikan. Lebih ramai lagi akan mati jika dunia tidak bertindak cepat,” kata Penyelaras Kemanusiaan PBB untuk Syria, Yacoub El Hillo.
Pegawai PBB itu berucap sehari selepas konvoi bantuan menghantar bekalan buat kali pertama dalam masa tiga bulan tiba ke bandar Madaya yang dikepung oleh tentera kerajaan di bawah Presiden Bashar Al-Assad.
Menurut sebuah badan amal perubatan, MSF sebanyak 28 orang telah meninggal dunia akibat kebuluran di Syria sejak 1 Disember lalu.
El Hillo berkata, dia melihat masyarakat di Madaya mengalami kekurangan nutrisi yang teruk terutamanya kanak-kanak yang sangat kurus sehingga tinggal tulang selepas tentera kerajaan mengepung kawasan berkenaan selama enam bulan.
“Kami melihat orang awam tidak mempunyai makanan untuk satu tempoh masa yang lama,” katanya kepada pemberi­ta ketika bercakap menerusi te­lefon dari Damsyik.
El Hillo memohon tindakan PBB untuk menamatkan pengepungan dengan menggambarkan sekatan itu sebagai punca utama kepada penderitaan penduduk Syria.
PBB dalam pada itu berkata, pihaknya sedang berusaha menyampaikan bantuan kepada kira-kira 4.5 juta rakyat Syria yang tinggal di kawasan terpencil termasuk hampir 400,000 orang di 15 kawasan dikepung.
Majlis keselamatan PBB telah menerima pakai resolusi yang mendesak penamatan sekatan, namun diabaikan oleh pihak yang berkonflik.
Rundingan sedang dijalankan bagi memindahkan 400 rakyat Syria, kebanyakannya wanita dan kanak-kanak dari sebuah hospital di Madaya dan membawa klinik bergerak untuk menyediakan perkhidmatan rawatan, kata El Hillo.
Pesakit-pesakit mungkin dibawa ke hospital di Damsyik bagi menerima bantuan perubatan segera, katanya.
“Saya mempunyai alasan yang kukuh bahawa tindakan ini perlu dilakukan,” tambahnya.
Selepas beberapa bulan run­dingan, PBB dan rakan bantuan­nya pada Isnin lalu berupaya menghantar 65 trak penuh dengan makanan, bantuan perubatan, selimut dan pakaian musim sejuk kepada penduduk Madaya yang terperangkap selain dua lagi bandar iaitu Fuaa dan Kafraya.
Penghantaran bantuan itu berjaya dihantar menjelang pusingan baharu rundingan damai Syria yang dirancang pada 25 Januari ini di Geneva.
Lebih 260,000 penduduk terbunuh di Syria sejak konflik yang bermula dengan demons­trasi antikerajaan berlaku pada Mac 2011. – AFP


Artikel Penuh: http://www.kosmo.com.my/kosmo/content.asp?y=2016&dt=0114&pub=Kosmo&sec=Dunia&pg=du_04.htm#ixzz3xBtdGVzc 
Hakcipta terpelihara 

Pindah atau roboh

Calais (Perancis): Kerajaan Perancis memberi masa dua hari kepada 1,500 pendatang yang enggan berpindah dari kawasan ‘Calais Jungle’ (Hutan Calais) sebelum merobohkan sepertiga kem pelarian itu jika tetap enggan berpindah ke perumahan dibina kerajaan.
Penghuni kem itu menolak penempatan baru yang bernilai £20 juta (RM126.55 juta), direka untuk menempatkan 1,500 pelarian di dalam kontena yang diubah suai dengan bekalan air dan elektrik kerana mendakwa ia kelihatan seperti penjara.
Bagaimanapun, polis Perancis memberi masa sehingga malam tadi (waktu tempatan) untuk mengosongkan khemah mereka sebelum dirobohkan oleh jentolak hari ini.
‘Ketua masyarakat’ bagi golongan itu sebelum ini mengeluarkan kenyataan menolak dengan baik arahan kerajaan itu untuk mengosongkan sepertiga kem pelarian berkenaan.
“Kami, dengan hormatnya menolak permintaan kerajaan Perancis yang mahu mengecilkan saiz kem.
“Kami merayu pihak berkuasa Perancis dan masyarakat antarabangsa memahami keadaan ini serta menghormati hak asasi kami,” kata mereka.
Kem baru itu diperbuat daripada kontena besi yang diubah suai menjadi rumah selesa, dilengkapi alat pemanas, tandas dan kemudahan membasuh.
Artikel ini disiarkan pada : Khamis, 14 January 2016 @ 10:31 AM

KEADAAN kem pelarian di Calais dengan kediaman baru dibina kerajaan di latar belakangnya.

PBB beri amaran lebih ramai akan mati


Pihak bertelagah Syria dirayu henti kepungan

seorang lelaki hidup ibarat bangkai bernyawa akibat krisis kebuluran

seorang lelaki hidup ibarat bangkai bernyawa akibat krisis kebuluran di Madaya, Syria. REUTERS
NEW YORK 13 Jan. - Pertubuhan Bangsa-Bangsa Bersatu (PBB) semalam memberi amaran, lebih banyak penduduk akan mati di Syria jika kerajaan dan kumpulan penentang tidak berundur daripada mengepung bandar-bandar di negara itu.
Penyelaras kemanusiaan PBB untuk Syria, Yacoub El Hillop berkata, keadaan buruk itu boleh berlaku jika masyarakat dunia gagal mengambil tindakan pantas.
“Kepungan mesti dihentikan,” tegas beliau sehari selepas konvoi bantuan menghantar bekalan pertama dalam tempoh tiga bulan ke bandar-bandar terbabit termasuk Madaya.
Sebanyak 28 orang maut di Madaya akibat kebuluran sejak 1 Di­sember lalu.
Mengulas tentang kebuluran di Madaya yang terkepung selama enam bulan oleh tentera Syria, beliau berkata, penduduk di sana terutamanya kanak-kanak terlalu kurus seperti rangka bernyawa akibat kekurangan makanan.
“Kami dapat melihat orang yang tidak makan dalam satu tempoh yang lama,’’ katanya.
Yacoub turut merayu PBB memainkan peranan untuk menghentikan kepungan terbabit yang menjadi faktor utama kepada ke­sengsaraan penduduk dan satu taktik perang digunakan kedua-dua pihak bertelagah dalam konflik yang bermula sejak lima tahun itu.
Menurut PBB, pihaknya kini berusaha untuk menghantar bekalan kepada 4.5 juta penduduk Syria yang berada di kawasan terpencil termasuk 400,000 orang yang berada di 15 kawasan yang dikepung.
Majlis Keselamatan PBB meluluskan resolusi menggesa penamatan kepungan berkenaan namun setakat ini, pihak-pihak bertelagah tidak menghiraukannya. – AFP
- See more at: http://www.utusan.com.my/berita/luar-negara/pbb-beri-amaran-lebih-ramai-akan-mati-1.179385#sthash.wuQIvpZq.dpuf