Oleh : Ustadz Bachtiar Nasir
Melihat konflik di Palestina ada sebagian muslim sekuler yang berspekulasi dengan asumsi dan hawa nafsunya lalu berkata begini; “Masalah Palestina adalah masalah kemanusiaan, bukan masalah agama, ada 50 persen orang Nasrani yang tinggal di Palestina, ada 12.000 orang muslim Arab yang bekerja di dalam kemiliteran Israel, dst”.
Saya ingin memulai tulisan ini dengan sebuah pertanyaan;
Apakah agama Islam tidak punya cara pandang dan aturan kemanusiaan?
Jawabnya;
Islam memiliki 5 prinsip dasar kemanusiaan dalam syariatnya (al-dharuriyat al-khamsah), yakni :
1. Melindungi hak beragama (berkeyakinan)
2. Melindungi jiwa (hak untuk hidup)
3. Melindungi akal (hak berekspresi dan berpendapat)
4. Melindungi harta (hak memiliki)
5. Melindungi kehormatan keturunan.
Titik nol sejarah Palestina dimulai dari keengganan orang Yahudi untuk berjihad bersama Musa ‘alayhissalam dalam merebut Baitul Maqdis, karenanya Allah biarkan mereka terlunta-lunta selama 40 tahun di Padang Tiih.
Mereka berkata; “Hai Musa, kami sekali-kali tidak akan memasukinya selama-lamanya, selagi mereka ada didalmnya, karena itu pergilah kamu bersama Tuhanmu, dan berperanglah kamu berdua, sesungguhnya kami hanya duduk menanti disini saja.” (QS. Almaidah;24).
Cara berfikir kaum sekuler muslim yang takut dengan Jihad saat ini sama seperti cara pandang “kemanusiaan” pengikut Musa ‘alayhissalam dahulu.
Apapun motif konflik kemanusiaan yang terjadi di Palestina kemarin dan saat ini yang jelas sudah mengorbankan ribuan nyawa utamanya di kalangan masyarakat sipil dan khususnya anak-anak, perempuan dan orang lemah. Dalam pandangan al-Qur’an, membunuh 1 nyawa tanpa alasan yang haq secara agama maka pelakunya dianggap telah membunuh semua manusia (QS. Almaidah; 32).
Belum lagi perampasan tanah dan pengusiran penduduk Palestina yang dilakukan oleh Zionis Israel adalah tindakan yang kental dengan semangat keagamaan, Zionis mengklaim bahwa tanah Palestina adalah tanah suci yang dijanjikan (the promising land), yang dilanjutkan dengan penistaan terhadap agama-agama yang tidak sejalan dengan keyakinan mereka. Agresi militer yang mereka kerahkan juga sangat kental permusuhannya terhadap Al-Islam. Lebih dari itu kaum Zionist lah yang merekayasa terjadinya perang dunia ke I demi eksistensi mereka di Palestina.
Palestina adalah kota suci 3 agama (Yahudi, Nasrani dan Islam), sebelumnya kehidupan diatas aturan agama yang membuat mereka hidup damai berdampingan walau berbeda etnik dan kultur selama ribuan tahun lamanya, sampai kemudian datanglah kekuatan iblis anti agama kaum Zionis yang memporak-porandakan segalanya, adakah kekuatan yang bisa mengimbangi kekuatan Iblis selain kekuatan doktrin agama?!.
Zionis Israel yakin benar bahwa kekuatan agamalah yang dapat mengalahkan mereka, disinilah kaum lemah akal dan sekuler terpedaya oleh senjata pemikiran Zionis yang menyihir mereka dengan isu “kemanusiaan” yang dibenturkan dengan agama, celakanya media dan konspirasi Zionis inilah yang dikonsumsi dan memerangkap para tokoh muslim sekuler dalam memandang serangan Israel terhadap Gaza.
Bahwa ada kepentingan ekonomi dan politik dibalik serangan ini adalah keniscayaan yang tak dapat dipungkiri, seperti; jual beli senjata, transaksi logistik, bisnis trasportasi sampai pada pencitraan dan kampanye produk. Tapi bukan berarti menafikan adanya motif anti agama Islam dibalik semuanya.
Bukankah motif kedatangan belanda ke Indonesia hanya masalah elonomi?, lalu apakah salah jika para pejuang memekikkan takbir semisal Pangeran Diponegoro, Bung Tomo, Jenderal Besar Soedirman. Dan ada yang salah dengan KH Hasyim Asy’ari yang mengeluarkan Resolusi Jihad 10 November 1945?.
Ya betul ada banyak Nasrani di Palestina, ada orang Arab di dalam tubuh militer Israel, tapi apakah bisa dimaafkan ketika senjata Zionis tidak dapat memilih hanya ingin menyerang tentara di Gaza tapi ternyata menyasar perempuan dan anak-anak?. Dan dianggap salah jika orang- orang di Gaza mempersenjatai diri dengan seadanya dibanding dengan senjata super canggih Israel?
Ada ribuan muslim yang bekerja pada pemerintah kolonial Belanda saat itu, ada yang terpaksa demi perut, ada yang hedonis, ada oportunis yang berkhianat pada negerinya sendiri, lalu apakah salah jika para pejuang dengan jargon agama (jihad) ketika menyerang pos-pos penjajah Belanda?.
Apa yang dapat dilakukan PBB selain mengecam ketika Resolusinya diinjak-injak oleh Zionis Israel,? sampai kapan rakyat Palestina harus sabar menanti keadilan PBB yang membiarkan 80% tanah mereka dirampas, mana pejuang kemanusiaan di dunia ketika rakyat Gaza dibantai?!.
Begitu cepat pasukan PBB dikirim ke Afganistan, Kuwait, Irak, Syiria dan dunia Islam lainnya jika ada indikasi pelanggaran HAM, tapi bagaimana sikap PBB terhadap pelanggaran kemanusiaan yang dilakukan Israel sejak tahun 1948 sampai sekarang?, apa yang dilakukan PBB terhadap ribuan pengungsi Palestina yang tidak boleh kembali ke tanah airnya?, bagaimana nasib 10.000 orang lebih tahanan mereka hari ini di penjara-penjara Zionis Israel, apa yang dilakukan oleh pejuang kemanusiaan terhadap mereka?.
Saya yakin masih banyak pejuang Islam yang berjuang ditingkat diplomasi politik di PBB, tapi perjuangan lewat jalur diplomasi saja tidak cukup, sangat dibutuhkan kesabaran dan tawakkal atas nama agama agar rakyat Palestina dapat bertahan. Selain itu dibutuhkan keberanian para lelaki kesatria untuk berjihad mempertahankan diri dan melindungi kaum lemah serta bangsanya dari invasi kejam penjajahan Zionist Israel.
Islam sebagai Diin adalah pandangan hidup dalam segala hal termasuk dalam memandang masalah kemanusiaan. Akal kaum sekuler terlalu na’if untuk dijadikan sandaran dalam menyelesaikan konflik di Palestina, solusi yang mereka tawarkan hanya perundingan sesaat yang bakal diinjak-injak kembali oleh kaum Zionis. Bersikap lemah dan tunduk pada perundingan dan lobi-lobi mereka sungguh sebuah kebodohan.
Bangkitlah ummat Islam, tinggalkan igauan kaum sekuler yang tak menguntungkanmu juga agamamu di dunia apalagi di akhirat.
Lawanlah kemungkaran dengan segenap kekuatanmu, jika tak sanggup maka dengan lisanmu, jika tak sanggup maka berdoalah kepada Tuhanmu. Tinggalkan cara berfikir kaum sekuler yang tak memiliki harapan pada Tuhannya.
Rasulullah berpesan pada kalian; Perangilah kaum Musyrik dengan 3 hal; Hartamu, Nyawamu dan Lisanmu (HR. Bukhari)
Membekali keluarga pejuang sama dengan berjuang bersama pejuang di medan tempur.
Wallahu a’lam bish shawab.