Tuesday, 24 July 2012

Abu Hanna, Pengobar Semangat Kaum Sunni Di Suriah


Selasa 5 Ramadhan 1433 / 24 Juli 2012 08:20
Usku-Agung-Atallah-Hanna

KERUSUHAN di Suriah seakan tak akan beranjak selesai dari negara itu. Kemajuan dan berita baik rasanya sulit sekali didapat dari sana. Masih ingat dengan Shabiha? Kawanan pembantai yang menjadi mesin pembunuh pemerintah. Bekerja sama dengan pasukan militer, membabat ‘para pemberontak’ hingga habis terbantai.
Belum lama ini, ada satu nama lain yang cukup berpengaruh mengobarkan semangat masyarakat Suriah. Semangat untuk menggulingkan presiden mereka tentunya, Bashar Assad. Orang ini menggunakan nama samaran Abu Hanna.
Abu Hanna, seorang kakek tua dengan suara seraknya, yang mampu memesonakan pendengarnya. Ia tinggal bersama sekelompok pejuang Suriah, bersembunyi di sebuah rumah kosong dekat pusat kota Hama. Rumah kumuh yang penuh sesak dengan masa, senjata dan amunisi.
Hanna (60), mantan guru bahasa Inggris yang beragama Kristen ini mengatakan bahwa dia hanya terlibat dalam memberikan saran kepada pejuang Sunni. Masyarakat yang selama ini menentang rezim Assad dalam konflik yang telah menewaskan ribuan orang.
Ia juga mengaku telah menjadi berjuang sejak tahun 1970. Ketika Hafez al-Assad, mantan presiden dan ayah dari Bashar Assad merebut kekuasaan.
“Saya menentang kediktatoran militer, saya seorang aktivis politik,” imbuhnya. Ia berkomitmen untuk revolusi Maret 2011- bulan ketika pemberontakan terhadap rezim ini meletus.
“Kami awalnya menunjukkan aksi damai, tapi pihak kami ditembaki. Apalagi yang bisa kami lakukan selain mengangkat senjata,” katanya.
“Saya hanya memandu dan menyarankan mereka yang muda. Karena kebanyakan dari mereka masih miskin pengalaman hidup. Mereka membutuhkan panduan, karena mereka bisa melakukan sesuatu yang buruk jika mereka tidak dinasihati.”
“Dan perlu diketahui, rezim ingin menunjukkan bahwa semua pejuang adalah Muslim Sunni,” katanya. Ia menambahkan bahwa ketika pemberontak Kristen dibunuh, pihak berwenang menyalahkan “kelompok teroris” – istilah yang digunakan oleh rezim untuk menyebut pejuang.
Warga yang beragama Kristen di Suriah mencapai 7-8 % dari 22 juta penduduknya, atau sekitar 1.760.000 jiwa beragama Kristen.
Dan kebanyakan dari mereka, menurut Abu Hanna, meninggalkan Suriah meskipun mereka tidak mendukung Assad karena mereka takut dibantai.
“Mereka takut. Tapi masih ada pemuda Kristen yang berperang melawan rezim di Hama, Aleppo, dan Homs,” katanya, menambahkan bahwa pemberontak Sunni juga mengemukakan pernyataan bahwa ‘revolusi kita’ bukanlah perang sektarian.”
Abu Mohammed, komandan dari kelompok pejuang setuju.
“Dia adalah seorang Kristen, tapi untuk revolusi tidak ada perbedaan antara Muslim dan Kristen,” tutur Abu Mohammed.
“Muslim dan Kristen adalah saudara dalam membangun negara Suriah yang baru,” tambah pejuang Abu Omar, ketika ia memeluk Abu Hanna.
Di masa depan Abu Hanna berharap pejuangan terhadap rezim Assad akan berhasil.
“Enam bulan setelah kemenangan revolusi, akan ada pemilu yang demokratis. Saya akan menjadi anggota parlemen dan saya akan memutuskan hubungan ekonomi dengan Rusia, sekutu yang paling kuat dari rezim Assad,” katanya. [hf/islampos/afp]

No comments:

Post a Comment