PUTRI Syeikh Said Ramadhan Al-Bouti, Sumayya, buka suara sehubungan meninggalnya ayahnya. Ia mengatakan orang-orang yang membunuh ayahnya adalah orang-orang yang “tidak adil” dan “kriminal”. Namun, Sumayya menolak untuk mengatakan siapa yang mungkin bertanggung jawab atas kematiannya.
“Posisi ayah saya jelas. Hal ini didasarkan pada keyakinannya dan teks-teks agama.. Ia masih percaya orang tidak boleh melanggar penguasa. Tidak menaati penguasa dapat menyebabkan perselisihan dan perselisihan akan menyebabkan siklus gangguan lagi,” katanya dari Arab Saudi.
Al-Bouti memang menuduh para demonstran anti-pemerintah sebagai “sekelompok tentara bayaran” dan ia memberi hormat kepada tentara Suriah yang menekan para demonstran.
Sumayya mengatakan ayahnya punya keyakinan bahwa bila ingin realitas berubah, diperlukan kesabaran.
“Dia berkhotbah bersama kesabaran dan advokasi, bukan kekerasan dan pertumpahan darah,” kata Sumayya yang kini berusia 52 tahun.
“Dia menyerukan reformasi. Dalam tulisannya, ia berbicara banyak contoh di mana perubahan terjadi setelah banyak kesabaran, seperti di India.”
Summaya mengatakan bahwa ayahnya menyadari bahwa beberapa orang melihat dukungannya kepada Assad sebagai “haus kekuasaan kemunafikan”.
“Dia mengabaikan anggapan mereka karena ia hidup dengan pepatah dari Nabi Muhammad: ‘Barangsiapa mencari keridhaan Allah dengan mengorbankan ketidaksenangan manusia, akan memenangkan kesenangan Allah dan Allah akan menyebabkan manusia untuk senang dengan dia’.”
“Ayah saya sering berkata kepada kami: ‘Jika aku benar-benar mencari kekuasaan dan kekayaan maka aku akan mengejar mereka (penguasa) ketika aku masih muda dan bukan saat sekarang, ketika aku berumur 84 tahun’.” [islampos/emslm]
No comments:
Post a Comment