Tiga tahun setelah dimulainya Revolusi Suriah, Free Syrian Army (FSA) saat ini dihadapkan pada tiga kubu yang harus mereka perangi, yang awalnya hanya ditujukan untuk pasukan rezim Basyar Al Assad.Di utara Syria , khususnya di Aleppo dan Idlib FSA telah memerangi pasukan dari organisasi ISIS dan baru-baru ini memakan 8 korban jiwa dari FSA karena bom mobil yang diledakkan oleh ISIS di Idlib . Meskipun dalam satu waktu mereka juga mengalami pemboman udara oleh pasukan rezim . Dan pertempuran FSA melawan pasukan rezim terus berlangsung di Aleppo dan di pedesaan Idlib, adapun di pedesaan Damaskus FSA memerangi milisi-milisi Syiah Hizbullah dan Abul fadhl Abbas di berbagai daerah .
Pertempuran terbuka FSA dengan banyak kubu yang mendapatkan sokongan penuh dan back up , sementara FSA sendiri kekurangan sumber daya dan amunisi .
Menurut pendapat Dr Fahad As Syulaimi , Ketua Forum Keamanan dan Perdamaian Teluk(Timur Tengah) , fokus yang terpecah ini melemahkan kemampuan bertempur FSA , contoh mencolok dari kasus tentara Jerman ketika bertempur menghadapi dua kubu dalam Perang Dunia II yang menyebabkan kerugian besar untuk mereka.
Dan As Syulaimi menjelaskan bahwa prinsip-prinsip perang adalah tiga dasar : kesatuan tujuan dan kesatuan usaha dan kesatuan komando , dan tiga hal ini tidak terwujud di Suriah , adapun yang terwujud di Suriah hanya satu cita-cita untuk menggulingkan rezim .
As Syulaimi melanjutkan bahwa apa yang terjadi di Suriah dari terpecahnya fokus FSA dalam banyak peperangan dan kelelahan luar biasa yang mendera karena banyak kubu yang diperangi, tentu saja hal ini mempengaruhi moral dan kekuatan dan semangat pendukungnya .
Sementara itu korban tewas dari pertempuran oposisi dengan ISIS di Suriah mencapai angka 1.000 jiwa seperti dilaporkan tim pemantau krisis Suriah.(iz)
No comments:
Post a Comment