Sunday, 1 September 2013

Apa Kabar Asma Al-Assad?

Apa Kabar Asma Al-Assad?TEMPO.COBeirut - Saat mata dunia kembali tertuju pada suaminya, Bashar al-Assad, atas dugaan penggunaan senjata kimia, dimana Asma Al-Assad? "Dia masih berada di Damaskus," kata Andrew Tabler, peneliti senior pada The Washington Institute for Near East Policy yang juga penulis buku In the Lion's Den: An Eyewitness Account of Washington's Battle with Syria. 

Beda dengan suaminya yang high profile, Asma memilih "jongkok" dari liputan media, katanya. Namun bukan berarti dia diam saja. Asma 'bergerilya' di belakang membangun citra sang suami. 

Terlihat, antara lain, melalui akun Instagram kepresidenan Suriah yang diduga lahir atas inisiatifnya. Tidak ada gambar medan pertempuran berdarah yang kini mengoyak Suriah. Sebaliknya, foto yang dipasang menyoroti kepedulian pasangan ini pada korban serangan. Dalam salah satu gambar, Asma terlihat tengah menyeka air mata seorang bocah lelaki. Dalam foto lainnya, jebolan jurusan ilmu komputer dan sastra Prancis di King College London ini tengah mendengarkan dengan saksama 'curhat' sekelompok wanita.

Dalam posting bulan Agustus, terlihat Asma tengah sibuk menyiapkan hidangan buka puasa bersama. Dalam foto itu, ia tengah mengaduk panci, dan di foto lain ia tengah mengisi mangkuk dengan makanan sebelum buka puasa dimulai. 

Satu-satunya referensi pada perang yang telah menewaskan lebih dari 100 ribu warga Suriah ditunjukkan dalam keterangan di bawah foto presiden berjabat tangan dengan tentara yang bertugas "melindungi warga sipil" dan "mengembalikan keamanan dan stabilitas" di Darraya, sebuah kota di Suriah. Selebihnya, semua berisi kegiatan sosial Asma dan sang suami.

Foto-foto itu muncul setelah presiden mengumumkan bulan ini bahwa ia menambahkan Instagram untuk media sosialnya . Dia juga memiliki halaman Facebook sendiri dan saluran YouTube.

Dari komentar di situs-situs itu, terlihat Asma memiliki penggemar tak hanya di Suriah, tetapi juga Rusia dan Turki. Kata-kata seperti "Tuhan memberkati Anda", "Kami mencintaimu", dan "Kami ingin Anda memenangkan perang ini" adalah komentar yang biasa ditemui di foto-fotonya. 

Hanya segelintir orang dari follower yang berjumlah 34 ribu orang ini bersikap kritis. Dalam salah satu komentarnya, seorang follower menuliskan, "Jadi, inikah waktunya dia untuk menemukan cara menghentikan hobinya berbelanja sepatu?" Ia mengomentari di foto yang Asma terlihat mengenakan sepatu Christian Louboutin, merek sepatu Prancis, yang harganya mencapai US$ 1.000 sepasang.

Namun menurut Tabler, tak ada yang istimewa dalam foto-foto itu. "Standar saja," katanya. "Saya tidak berpikir ada kejutan di sana."

Tabler pernah tinggal di Suriah dan berkawan dengan Asma selama berada di negeri itu. Namun ia mengaku kehilangan kontak saat ini. "Kami tak pernah lagi berhubungan," katanya. 

Asma, 38 tahun, adalah bankir muda di lembaga investasi JP Morgan saat wanita yang besar di Inggris ini bertemu Bashar al-Assad pada 1990-an . Saat itu, Assad tengah menimba ilmu untuk menjadi dokter mata. Setelah kematian ayahnya yang menjadi presiden saat itu, Hafez Assad, pada bulan Juni 2000 Assad diangkat menjadi presiden. Pada bulan Desember tahun yang sama, pasangan ini menikah.

Mereka dikaruniai tiga anak. Pada musim semi lalu, wanita bernama kecil Asma al-Akhras ini dikabarkan hamil anak keempat.

Sebelum pecah perang sipil di Suriah pada Maret 2011, ia digambarkan sebagai seorang reformis. Banyak yang memujinya sebagai gambaran Muslim modern, dan memperbandingkannya dengan Perdana Menteri Turki, Recep Tayyip Erdogan, yang istrinya memakai jilbab. Pada 2011,  majalah Vogue dalam salah satu artikelnya menggambarkan dia sebagai " mawar di padang pasir". 

Dalam artikel itu ia digambarkan sebagai seorang wanita yang sangat modern di dunia Arab. Tidak seperti ibu negara lainnya di wilayah ini, ia tampaknya bermaksud berbicara dari posisi kekuasaan dan pengaruh. Fokusnya , katanya, adalah melindungi anak-anak.

Namun beberapa bulan kemudian ketika perang pecah, penulis artikel Vogue mengatakan kepada CNN ia merasa ditipu oleh Asma ketika mengetahui bahwa pasukan Presiden Suriah juga ternyata membunuh anak-anak. "Saya bertanya-tanya bagaimana wanita Inggris yang saya jumpai itu begitu tak percaya pada pemuda Suriah dan hanya diam tidak melakukan apa-apa," kata Joan Juliet Buck.

Sebelumnya, Asma mencitrakan diri sebagai ibu negara yang peduli pada nasib anak-anak. Dalam sebuah wawancara dengan CNN tahun 2009, dia berbicara tentang konflik Palestina -Israel, mengatakan bahwa dia tidak akan mentolerir rezim yang menindas dan melakukan kekerasan. Dia berbicara panjang lebar tentang bagaimana patah hatinya melihat anak-anak di kedua belah pihak yang bertikai terjebak dalam baku tembak.

Itu menyebabkan banyak pengamat mengharapkan dia untuk mengutuk serangan terhadap warga sipil, yang banyak dari mereka anak-anak. Tapi harapan itu tak pernah bersambut. 

No comments:

Post a Comment