Wednesday 2 October 2013

Hasbunallah wa Ni'mal Wakil...

Serangan senjata kimia yang dilakukan tentara rezim Assad 21 Agustus 2013 lalu ke desa-desa di tepi kota Damaskus meninggalkan luka yang sangat dalam dihati kaum Muslimin Syria, karna dalam hitungan beberapa jam saja mereka telah kehilangan ribuan saudara di Ghoutah, tidak terhitung banyaknya keluarga yang seluruh anggotanya meninggal akibat menghirup racun kimia sarin.

Berikut ini salah satu kisah yang dituturkan seorang warga Syria yang telah kehilangan abangnya dan seluruh anggota keluarga abangnya akibat serangan kimia di Ghoutah.

---------------


Masih dalam keadaan bersedih ia menahan tangisnya dan menceritakan kejadian bagaimana seluruh anggota keluarga abangnya terbunuh oleh serangan senjata kimia rezim.

Sekitar jam 5 pagi saya mendapat kabar bahwa rumah abang saya di Ghoutah diserang dengan senjata kimia oleh rezim Assad.

Saya bergegas datang untuk memastikan dan baru tiba di rumah abang saya sekitar jam 8.15 pagi.

Segera saya buka pintu rumah abang saya, dan saya dapati tubuh abang saya berada di atas tangga di depan pintu rumah, ia telah meninggal. Tubuhnya berada di atas tangga, dan belum menginjak lantai. Kepalanya tertelungkup di bagian bawah anak tangga dan kakinya masih di atas.

Saya masuk ke dalam rumah dan saya lihat anak abang saya yang paling besar telah meninggal di depan kamar, tubuhnya kaku seperti kayu.

Lalu saya melihat anak abang saya yang lain juga telah dalam keadaan meninggal, demi Allah.. demi Allah tubuh mereka semua dalam keadaan biru.

Demi Allah, saya segera peluk salah satu keponakan saya itu dan saya katakan kepadanya
"Maafkan paman nak.. paman terlambat datang.."

Saya merasa bersalah, mereka semua diserang senjata kimia sejak jam 2 dinihari dan saya baru dapat menemui mereka jam 8 dan mereka semua telah meninggal..

Demi Allah yang Maha Agung, mereka semua meninggal akibat tidak dapat bernapas, seluruh tubuh mereka biru.

keponakan saya yang paling kecil umurnya sekitar 2 tahun, yang kedua umurnya 4 tahun sedangkan yang paling pertama umurnya 8 atau 9 tahun.

Anak abang saya yang paling besar namanya Syifa, yang kedua Syaima dan yang paling kecil namanya Mawaddah.

Dan ibu mereka, saya melihatnya telah meninggal dalam posisi bersujud dan berada di atas kedua anaknya, seakan ia sedang memeluk kedua anaknya itu untuk melindungi mereka.

Di ruangan itu ada tas yang berisi baju-baju bayi, seharusnya satu atau dua hari lagi ia melahirkan anak mereka yang ke empat. Kami segera membawanya ke dokter, saya meminta dokter memeriksa apakah janin didalam tubuhnya masih dapat diselamatkan, seandainya ia masih bisa diselamatkan saya ingin membesarkan anak itu bersama dengan anak-anak saya seandainya ia dapat diselamatkan. Namun terlambat.. janin itu juga telah meninggal bersama dengan ibunya.

Abang saya, namanya Dr. Rasyaad Syamsu, beliau merupakan ulama Syariah yang sangat terkenal di kawasan Ghoutah, ia bersekolah di Ma'had Fath Islami, Damaskus. Lalu ia meneruskan sekolahnya di Al-Azhar Mesir dan mendapatkan gelar doktornya dari universitas tersebut..

Beliau adalah ulama Ahlus sunnah yang juga merupakan imam dan khatib di masjid, ia telah menghasilkan banyak buku-buku, salah satu buku yang ia tulis ialah "Ta'rif 'Am bi syakhsiyati Rasul"

Hasbunallah wa Ni'mal Wakil...

VIDEO: http://www.youtube.com/watch?v=Q-Md0CTQsr0&feature=share&list=UUfiwzLy-8yKzIbsmZTzxDgw
 

No comments:

Post a Comment